Kejahatan pemerkosaan masih kerap terjadi di berbagai belahan bumi. Tindakan keji itu bahkan tak hanya dilakukan terhadap wanita dewasa. Banyak gadis belia yang masih duduk di bangku sekolah menjadi korban perkosaan.
Di Indonesia, kasus perkosaan mendapat perhatian dari DPR. Dalam uji kepatutan dan kelayakan calon hakim agung yang diselenggarakan Komisi III DPR, kasus perkosaan sempat dibahas.
Saat itu, calon hakim agung ditanyakan pandangannya soal kasus perkosaan. Hukuman yang pantas dijatuhkan kepada para pemerkosa pun ditanyakan kepada calon hakim agung.
Namun, salah seorang calon hakim agung Daming Sunusi memiliki jawaban kontroversial soal perkosaan. Hal itu lantas ramai menuai reaksi publik. Sebelumnya, beberapa pernyataan kontroversial seputar perkosaan sempat muncul ke publik.
Berikut 5 Pertanyaan Kontroversi Soal Kasus Perkosaan:
1. 'Yang diperkosa dengan pemerkosa sama-sama menikmati'
Calon hakim agung Daming Sunusi mengeluarkan pernyataan kontroversial soal perkosaan saat menjalani uji kepatuhan dan kelayakan calon hakim agung yang diselenggarakan Komisi III DPR.
Saat itu, Daming ditanya anggota Komisi III Andi Azhar, soal pandangannya mengenai hukuman mati terhadap pemerkosa.
"Yang diperkosa dengan yang memperkosa ini sama-sama menikmati, jadi harus pikir-pikir terhadap hukuman mati," jawab Daming di gedung DPR, Senayan Jakarta, Senin (14/1).
Hal itu sontak menuai reaksi publik. Daming dikecam atas pernyataannya itu, bahkan publik menolaknya sebagai hakim agung dan menuntutnya meminta maaf kepada masyarakat luas.
2. 'Pakai rok mini'
Pernyataan mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo soal perkosaan sempat membuat heboh warga. Saat itu, pria yang biasa disapa Foke itu mengomentari maraknya perkosaan yang terjadi di angkot.
Foke menyebut perkosaan di angkot terjadi karena wanita menggunakan rok. Karenanya, kala itu ia meminta agar wanita tak menggunakan rok saat bepergian.
"Coba bayangkan yang duduk di depan perempuan itu, bagaimana reaksinya melihat ada perempuan pakai rok mini, rada gerak juga kan," kata Foke, September 2011.
Hal itu sontak menuai kecaman dari berbagai elemen masyarakat. Foke dikecam atas pernyataannya. Selang berapa hari, Foke lantas meminta maaf dan mengaku pernyataannya tersebut disalahtafsirkan.
3. 'Kadang-kadang ada yang sama-sama senang, mengaku diperkosa'
Selain Fauzi Bowo, Mendikbud M Nuh juga sempat mengeluarkan pernyataan kontroversial soal perkosaan. Saat itu M Nuh mengomentari perkosaan yang menimpa SA, siswi salah satu SMP di Depok.
M Nuh mengatakan, kemungkinan SA adalah siswi nakal dan hanya mengaku diperkosa. "Soalnya ada yang sengaja, kadang-kadang ada yang sama-sama senang, mengaku diperkosa," kata M Nuh usai jumpa pers di kantornya, 11 Oktober 2012.
Pernyataan tersebut mendapat kecaman dari berbagai kalangan. Sebagai seorang menteri, M Nuh dinilai tak pantas membuat pernyataan seperti itu. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) dan Koalisi Pendidikan bahkan meminta M Nuh mundur dari posisi Mendikbud.
M Nuh lantas meminta maaf atas pernyataannya. Menurutnya, ada salah tafsir atas pernyataannya tersebut. "Ada misscontext apa yang saya sampaikan," jelas Nuh.
4. 'Perkosaan terjadi karena korban tak melawan'
Pernyataan kontroversial soal kasus perkosaan tak hanya terjadi di dalam negeri. Seorang hakim senior di California, Amerika Serikat (AS), Derek G Johndon, menuai kontroversi akibat pernyataannya yang terkesan menyalahkan korban perkosaan yang tidak melakukan perlawanan terhadap pelaku.
Tak hanya itu, dia juga menyebut pemerkosaan sebagai kasus teknis, bukan kasus kriminal yang sebenarnya. Pernyataan itu diucapkannya pada 2008 lalu, namun baru terungkap ke publik pada Mei 2012 lalu. Pernyataan ini diucapkan Johnson saat memvonis seorang terdakwa kasus pemerkosaan, Metin Gurel.
Saat itu, Johnson membantah permohonan jaksa yang menuntut Gurel dengan hukuman 16 tahun penjara atas dakwaan pemerkosaan, pemaksaan hubungan seks, melakukan kekerasan domestik, membuntuti dan mengancam mantan kekasihnya. Johnson hanya menjatuhkan vonis 6 tahun penjara kepada Gurel.
Akibat hal itu, dia dikenai sanksi teguran di hadapan publik oleh Komisi Yudisial yang bermarkas di San Fransisco. Komisi Yudisial menyatakan, pernyataan Johnson tersebut telah melanggar etika yudisial.
5. 'Perkosaan terjadi karena kehendak Tuhan'
Jelang pemilu Amerika Serikat (AS) 2012 lalu, salah seorang politikus Partai Republik yang mencalonkan sebagai anggota Senat, Richard Mourdock, membuat publik AS heboh.
Rekan satu partai capres AS, Romney itu, menyebut perkosaan terjadi atas kehendak Tuhan. Dalam debat Senat, Mourdock mengaku percaya, hidup dimulai saat masa pembuahan, dan aborsi bertentangan dengan semua kasus, kecuali ketika seorang ibu dalam bahaya.
"Saya memperjuangkan hal itu sendirian dan dengan waktu yang lama, tapi saya menyadari hidup adalah karunia dari Tuhan, dan saya pikir bahkan ketika kehidupan dimulai dari situasi yang mengerikan, yaitu perkosaan. Itu adalah kehendak dari Tuhan," kata Mourdock 24 Oktober 2012.
Pernyataan Mourdock saat itu membuka kesempatan bagi Barack Obama untuk menyerang Romney pada isu hak-hak perempuan. Romney sendiri saat itu mengaku tak setuju atas pernyataan rekan separtainya itu.
No comments:
Post a Comment