Wednesday, March 6, 2013

4 Kisah Balas Dendam Ahok dalam Melawan Pejabat Arogan

Terdambakan - Pengalaman adalah guru berharga. Itulah salah satu 'pegangan' Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk selalu tegas dan transparan dalam mengurus uang rakyat, seperti 4 kisah Ahok ini:

Di masa lalu, Ahok mengalami beragam peristiwa yang membuat dia bercita-cita melawan sikap arogansi para penguasa. Ahok terbuka menceritakan pengalamannya tersebut dalam berbagai kesempatan agar hal itu tidak terulang dan menjadi pelajaran untuk perubahan dalam membangun Ibukota.

Ayah 3 anak ini memerintahkan jajaran di Pemprov DKI Jakarta untuk melakukan pengetatan dalam menggunakan APBD DKI Jakarta sehemat mungkin dan tidak ingin ada anggaran terbuang sia-sia. Ia berjanji mencopot pejabat-pejabat di jajarannya yang berani mencuri uang rakyat.

Pria yang menjuliki dirinya 'Polisi jahat Pak Gubernur' ini mengedepankan transparansi APBD kepada publik dan menerapkan sistem online yang bisa mencegah praktik korupsi dan penggelapan pajak. 
 
Dengan begitu, ia berharap terwujudnya Jakarta Baru. 
Berikut:4 Kisah Balas Dendam Ahok dalam Melawan Pejabat Arogan
 
1. Pabrik Tutup Gara-gara Pejabat Arogan
Terdambakan - Ahok menerima perwakilan buruh Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) yang berdemonstrasi. 
 
Ia lantas bercerita mengenai pabriknya yang meraup keuntungan US$ 150 ribu per bulan harus ditutup karena kata-kata pejabat yang arogan.

Bapak cari se-Indonesia, cari pengusaha se-gendheng saya, susah Pak.
Bisa hitungan jari. 
 
Saya jadi pejabat juga karena berantem sama pejabat lain. Pabrik saya yang untung US$ 150 ribu harus ditutup karena gengsi saya sama pejabat yang bilang, 'Pabrik Anda ditentukan nasibnya oleh saya, Anda terlalu sombong'," kata Ahok.

Hal itu disampaikan dia saat menemui beberapa perwakilan buruh KSBSI di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat,

Itu kata pejabat yang ngomong sama saya, saya putuskan mau saya 'tonjok pejabat itu dengan konsekuensi pabrik saya dicopot'. 
 
Pabrik saya tutup sampai hari ini, dari 2001," cerita Ahok dengan gaya khasnya yang berapi-api.
Oleh karena itu, imbuhnya, tahun 2003, dia memutuskan untuk masuk politik. 
 
Tujuannya, memberikan 'pelajaran' pada para pejabat yang kurang ajar.
Untuk hajar pejabat-pejabat yang kurang ajar yang tekan pengusaha. 
Dan sampai hari ini, pabrik saya tutup. 
 
Bapak boleh cek di Belitung Timur, boleh cek di website saya.
Di website saya ada pabrik saya, sampai hari ini lengkap saya gaji orang untuk tungguin.
 
Ini bicara tentang harga diri," imbuhnya.
Sebenarnya, ayah Ahok sempat menasihati agar tak lupa dengan pepatah Tiongkok kuno:
 
Orang miskin jangan lawan orang kaya, orang kaya jangan nentang pejabat'. 
Namun Ahok tak mau menurut saja karena merasa harga dirinya diinjak-injak.

Biarin Pak, saya rela bangkrut, asal jangan diinjak-injak. 
Kalimatnya yang saya nggak suka. 
 
Makanya, saya paham sekali kondisi Bapak.
Saya kerja juga saya bayar orang, makanya saya paham. 
 
Ini untung US$ 150 ribu lho tiap bulan dengan harga kurs Rp 14 ribu. 
Makanya saya bisa beli truk, Mercedes, segala macam cash. 
Masih muda lagi waktu itu," celoteh Ahok.

Bila ada pengusaha yang membayar buruh di bawah Kebutuhan Hidup Layak (KHL), imbuhnya, dirinya bisa mengerti.
 
Ahok akan melawan pengusaha yang menzalimi hak karyawannya.
Tapi kalau mereka kasih Bapak gaji di bawah KHL, saya lawan. 
 
Kalau di bawah KHL berarti kamu menjadikan bangsa kami budak. 
Kita bukan budak, kita punya harga diri dan otoritas, ini yang harus diperjuangkan," tegas Ahok.
Beberapa perwakilan buruh itu diam mendengarkan cerita Ahok.
 
2. Kesal dengan Pejabat Munafik
Terdambakan - Dunia politik penuh dengan kemunafikan. 
Banyak pejabat yang mengaku berakhlak, namun kenyataan berbicara sebaliknya. 
 
Dia pun kesal dan meluapkannya di depan para dokter.
Ahok bicara di depan sekitar 70 dokter se-Jabodetabek dalam acara seminar tentang Kartu Jakarta Sehat di RS Husada, Jl Mangga Besar, Jakarta, Selasa 
 
Awalnya, mantan anggota DPR itu sedang membicarakan pentingnya KJS. 
Ahok juga bercerita pengalamannya dalam kasus-kasus kesehatan pasien miskin. 
Tak lupa, prinsip dalam hidup juga dia sampaikan.

"Bagi saya yang penting nyawanya kita tolong. 
Pernah ada pengalaman di Belitung ada orang yang belum sembuh ditinggal pulang sama keluarganya lalu meninggal, saya marah sama keluarganya, kenapa pulang? 
 
Dia nangis, penghasilan saya Rp 1 juta, buat nungguin bapak saya Rp 1,5 juta. 
Dari situ saya berpikir semua Puskesmas harus ada rawat inap," cerita Ahok.

"Yang penting itu tiga hal, perut, otak sama dompet," sambung Ahok.
Nah, di saat sesi tanya jawab, ada seorang yang mempertanyakan tiga prinsip tersebut.
Menurut dokter Imam dari RS Pondok Labu, selain tiga hal tersebut, ada juga faktor akhlak yang penting.

Saya nggak setuju dengan tiga prinsip Bapak, karena akhlak juga penting.
Pemerintah juga harus memikirkan soal akhlak rakyatnya," ujar dokter tersebut.

Menanggapi dokter Imam, Ahok langsung teringat pengalaman politiknya selama 10 tahun terakhir. Dengan nada tinggi, dia menegaskan bahwa akhlak kadang bukan lagi acuan dalam dunia tersebut. Sebab, saat ini para pejabat sebagian besar munafik.

Kerusakan akhlak jelas bukan soal politik, negara ini rusak karena mencampurkan agama dan politik.
Kita bisa berdebat di luar itu, banyak orang munafik, ada nggak pejabat yang berani melaporkan harta kekayaannya dan pajak yang dibayarkannya, tidak ada yang berani Pak, munafik!" seru Ahok dengan tinggi

Bagaimana dengan Ahok? "Saya berani Pak, periksa saya dulu. 
Saya ngomong di DPR dulu, periksa saya dulu," tegas eks anggota DPR dari Golkar ini.

Karena itu, Ahok tak mau bicara soal agama dalam politik. 
Dia lebih memilih berbuat baik pada sesama.

"Saya udah kenyang 10 tahun berpolitik, bahkan saya sudah muak berpolitik, makanya saya sudah muak bercerita soal agama dan akhlak, kita buktikan perbuatan sekarang," beber Ahok sambil disambut senyum para dokter.

"Orang bilang saya arogan, memang arogan, karena negara ini tidak bisa dipimpin baik-baik mesti diajak berantem," sambungnya.
 

3. Setengah Balas Dendam ke Pejabat
Terdambakan - Ahok selalu mengingatkan agar efisien dalam penggunaan anggaran.
Sikap Ahok saat ini tidak bisa dilepaskan dari pengalamannya di masa lalu.

Kisah ini diceritakan Ahok saat menerima paparan dari Kadishub DKI, 8 November.
Rapat ini direkam dan videonya diupload oleh Pemprov DKI di YouTube. 
 
Video berdurasi 1 jam 23 menit itu diberi judul '08 Nov 2012 Wagub Bpk.
Basuki T.
 
 Purnama Menerima Paparan Dinas Perhubungan'.
Dalam rapat tersebut, Ahok dilapori biaya pembuatan jembatan penyeberangan orang (JPO) Rp 14 juta/meter persegi.
 
Salah satu pejabat Kadishub menerangkan biaya itu merupakan hasil penelusuran dirinya ke sejumlah toko material.

Jatuhnya jadi Rp 14 juta/meter persegi di luar biaya traffic management.
 Fisik tok," kata pria tersebut saat memberi laporan kepada Ahok.

Ahok berharap angka itu masih bisa direvisi kembali.
Pasalnya sebagai anak dari seorang kontraktor, Ahok tahu betul 'permainan' soal harga.

Ahok kemudian menceritakan pengalamannya saat masih kecil. 
"Ini yang dilakukan oleh bapak saya almarhum, yang buat bapak saya dicoret dari Golkar, dari PU (Pekerjaan Umum) Bupati gara-gara iseng," tutur Ahok.

Waktu itu di Belitung Timur, ada proyek pengerjaan jembatan selebar 4 meter.
Anggaran dari Dinas PU setempat saat itu sekitar Rp 180 jutaan.
 
Namun ayah Ahok justru memberitahu anggaran yang dihabiskan hanya Rp 30 juta.
Dengan spesifikasi yang sama, ayah Ahok nekat membuat jembatan dengan anggaran cuma Rp 30 juta. Setelah jadi, jembatan itu sama-sama bisa dilalui oleh mobil dengan berat berton-ton.
Akhirnya bapak saya disingkirin," jelas Ahok.

Kisah lainnya, saat hendak membuat dermaga.
Dengan uang yang sudah dianggarkan, pembangunan dermaga bisa dengan pondasi semen. 
 
Namun pemerintah setempat justru membuat dengan pondasi kayu.
Bapak saya pakai semen. Ini duit bisa pakai semen. 
 
Yah bapak saya bikin pakai semen. 
Ya marah bupatinya," tutur Ahok.

"Lo kalau kelebihan duit bagi ke saya dong," ujar Ahok menirukan ucapan bupati kepada ayahnya.
Atas pengalaman itu, sang ayah berpesan agar Ahok bisa menjadi seorang kepala daerah. 
 
Harapannya supaya bisa memperbaiki keadaan. 
Ahok kemudian menjadi Bupati Belitung Timur, lalu anggota DPR dan kini Wagub DKI Jakarta.

Saya ini setengah balas dendam jadi pejabat.
Saya sudah sakit jiwa dari alami itu," jelas pria 46 tahun ini.

Dalam rapat ini, ia memerintahkan jajaran Dishub merevisi seluruh anggaran yang ada.
Jika tidak, Ahok mengancam akan mencoret seluruh anggaran dan proyek pengerjaan akan menggunakan dana operasionalnya.

Makanya Bapak-bapak tolong anggaran ini kita selesaikan dengan baik.
Kalau tidak, dihapus. 
 
Kita pakai uang operasional dan Bapak tidak bisa melarang saya," tandasnya.

4. Copot Pejabat yang Tak Satu Visi
Terdambakan - Ahok sewot ketika mengetahui Sekolah Negeri Unggulan MH Thamrin, Cipayung, Jakarta Timur, banyak diisi murid kaya. 
 
Dalam rapat dengan Dinas Pendidikan DKI pada Rabu (14/11/2012) lalu yang diunggah di Youtube, Ahok meminta pejabat sekolah MH Thamrin (MHT) dicopot.

"Kalau anak orang kaya punya Alphard, sekolah saja di Al Azhar, sekolah saja di SPH (Sekolah Pelita Harapan). 
 
Jadi anak saya tidak boleh masuk ke sekolah unggulan MHT karena MHT didirikan untuk menolong anak yang tidak mampu untuk bisa masuk, agar berubah generasi yang akan datang. 
Jadi jangan dibalik," tegas Ahok.

Mantan Bupati Belitung Timur ini mempersilakan jajaran Disdik DKI untuk menentukan apakah Sekolah MHT memiliki iuran atau tidak memakai iuran. 
 
Bila memakai iuran berapa besarannya, dan harus masuk ke kas APBD DKI. Bila keluar juga dari APBD DKI, seperti Unit Pelaksana Teknis (UPT).

Mandatnya MHT memang UPT Pak," tutur salah satu pejabat Disdik DKI.
"Tapi kan faktanya konyol Pak. Sudah, itu Bapak copot, hari ini juga Bapak copot, ganti dengan yang mau mengerti visi kita. 
 
Visi kita jelas, sekolah unggulan, kita keluarkan uang banyak demi sekolah unggulan untuk anak-anak yang tidak mampu, masuk. 
Bapak tampung.
 
Anak orang kaya tidak boleh sekolah di sini.
Kalau sumbang silakan sumbang, masuk ke kas daerah," kata Ahok.

"Jadi tidak ada lagi komite urusan iuran, karena kita dobel Pak kita juga keluarkan biaya juga. Gimana kalau ada anak yang tidak mampu kalau dari sisi iuran? Ya kami bayar, kita hitung masuk akal atau tidak, kita bayarkan. Itu yang saya tawarkan. 
 
Maunya saya MHT ini 100 persen untuk anak-anak tidak mampu, saya (Pemprov DKI) bayar penuh," tegas Ahok.

Sekolah MH Thamrin merupakan lembaga pendidikan negeri terdiri dari SD hingga SMA. 
Menurut APBD bidang pendidikan, terdapat subsidi untuk anak-anak miskin yang pintar untuk masuk sekolah unggulan.
 
Sekolah MH Thamrin didatangi Ahok karena terdapat kabar bahwa sekolah itu hanya diisi siswa berduit.

Menjawab itu, Kepala Sekolah MH Thamrin Djumadi, menyatakan belum ada aturan yang mengatur sekolah negeri unggulan tersebut.

Sampai hari ini belum ada aturan dari Dinas Pendidikan, lalu terjadi salah persepsi. 
Kita tidak punya pedoman seperti sekolah reguler.
 
 Sekolah ini aturannya belum jelas. 
Karena dari aturan Pergub belum ada," ujar Djumadi saat memberi penjelasan pada Ahok.
Sumber

No comments:

Post a Comment