Sejak menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta, nama Joko Widodo (Jokowi) terus mengharum. Pemberitaan yang besar terhadap mantan wali kota solo ini, membuat mayoritas warga Jakarta jatuh hati dan mengelu-elukannya.
Kebiasaannya blusukan ke kampung-kampung padat penduduk, dinilai masyarakat sebagai sebuah kegiatan tajdid, mengembalikan peran pemimpin sebagai pelayan.
Namun, tak sedikit pula yang mencibir Jokowi. Mereka menilai, Jokowi belum mampu berbuat banyak untuk warga Jakarta. Jokowi hanya hebat di media, belum terbukti di lapangan.
Berikut lima orang yang menganggap Jokowi hanya populer di media,dikutip dari Merdeka:
Kebiasaannya blusukan ke kampung-kampung padat penduduk, dinilai masyarakat sebagai sebuah kegiatan tajdid, mengembalikan peran pemimpin sebagai pelayan.
Namun, tak sedikit pula yang mencibir Jokowi. Mereka menilai, Jokowi belum mampu berbuat banyak untuk warga Jakarta. Jokowi hanya hebat di media, belum terbukti di lapangan.
Berikut lima orang yang menganggap Jokowi hanya populer di media,dikutip dari Merdeka:
1. Gus Ipul
Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul, sebut Jokowi sebagai gubernur yang hanya hebat di sisi pemberitaan. Menurutnya, Jokowi belum teruji kinerjanya.
"Itu luar biasa pemberitaan pers. Pak Jokowi bisa hebat saat diberitakan di media massa. Yang tidak bekerja bisa terlihat bekerja, sementara yang bekerja tidak terlihat kerjanya," kata Gus Ipul.
"Itu luar biasa pemberitaan pers. Pak Jokowi bisa hebat saat diberitakan di media massa. Yang tidak bekerja bisa terlihat bekerja, sementara yang bekerja tidak terlihat kerjanya," kata Gus Ipul.
2. Amien Rais
Ketua Majelis Pertimbangan Partai PAN Amien Rais, mengkritik pemberitaan Jokowi yang hobi blusukan. Dinilai, cara itu hanya pencitraan semata untuk mendapat simpati warga.
Sebagai orang Solo, Amien juga menilai kepemimpinan Jokowi dulu belum maksimal. Masih banyak persoalan sosial yang terbengkalai.
"Solo itu masih kumuh, gelap, agak miskin... Lumayan juga pencitraannya," kata Amien.
Namun beberapa hari kemudian, Amien berbalik. Dia justru berwacana menduetkan Jokowi-Hatta di Pilpres 2014.
Sebagai orang Solo, Amien juga menilai kepemimpinan Jokowi dulu belum maksimal. Masih banyak persoalan sosial yang terbengkalai.
"Solo itu masih kumuh, gelap, agak miskin... Lumayan juga pencitraannya," kata Amien.
Namun beberapa hari kemudian, Amien berbalik. Dia justru berwacana menduetkan Jokowi-Hatta di Pilpres 2014.
3. Aliman Aat
Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Aliman Aat melontarkan kritik pedas kepada Jokowi. Sesaat setelah BBM naik, angkutan umum di Jakarta sudah memberlakukan tarif baru secara sepihak.
Terkait itu, Alimat menilai kinerja Jokowi lamban. Seharusnya, begitu BBM naik, Jokowi segera membuat peraturan yang sinergi dengan pemerintah pusat.
"Katanya gubernur hebat. Masalah tarif itu artinya tak terkendali, pemprov harus siap menyelamatkan masyarakat dengan mengacu tarif bawah dan atas," kata politikus Partai Demokrat itu.
Terkait itu, Alimat menilai kinerja Jokowi lamban. Seharusnya, begitu BBM naik, Jokowi segera membuat peraturan yang sinergi dengan pemerintah pusat.
"Katanya gubernur hebat. Masalah tarif itu artinya tak terkendali, pemprov harus siap menyelamatkan masyarakat dengan mengacu tarif bawah dan atas," kata politikus Partai Demokrat itu.
4. Ahmad Husein Alaydrus
Saat Jokowi melontarkan wacana deep tunnel dari MT Haryono sampai Pluit sebagai solusi atasi banjir, ekspose media saat itu sangat besar. Dinilai, proyek seharga Rp 16 triliun itu bakal sanggup membuyarkan mimpi buruk warga Jakarta.
Namun tidak untuk anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai Demokrat, Ahmad Husein Alaydrus.
"Itu asal bunyi (Asbun) saja, harus ada ahlinya yang meneliti, nanti evaluasinya seperti apa? Teknologinya bagaimana? Emang dia pikir kaya pat-pat gulipat tinggal lipat saja... Masih mimpilah," terangnya.
Namun tidak untuk anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai Demokrat, Ahmad Husein Alaydrus.
"Itu asal bunyi (Asbun) saja, harus ada ahlinya yang meneliti, nanti evaluasinya seperti apa? Teknologinya bagaimana? Emang dia pikir kaya pat-pat gulipat tinggal lipat saja... Masih mimpilah," terangnya.
5. Ruhut Sitompul
Pemberitaan gencar seputar gaya kepemimpinan Jokowi, menghantarkan mantan wali kota Solo itu ke daftar survei capres. Di banyak lembaga survei, Jokowi dinilai sebagai capres yang layak dengan elektabilitas yang selangit.
Namun, hal itu tak berlaku untuk politikus Partai Demokrat Ruhut Sitompul. Menurut Ruhut, pemberitaan Jokowi hanya pencitraan.
"Aku tidak dukung. Aku mau pimpinan negara punya track record cerdas, bersih. Tapi jangan dia (Jokowi). Rakyat harus lebih cerdas, jangan pilih orang karena pencitraan," kata Ruhut.
Namun, hal itu tak berlaku untuk politikus Partai Demokrat Ruhut Sitompul. Menurut Ruhut, pemberitaan Jokowi hanya pencitraan.
"Aku tidak dukung. Aku mau pimpinan negara punya track record cerdas, bersih. Tapi jangan dia (Jokowi). Rakyat harus lebih cerdas, jangan pilih orang karena pencitraan," kata Ruhut.
No comments:
Post a Comment