Terdambakan - Banjir parah melanda Jakarta, Kamis (17/1) pagi. Jalur-jalur protokol banyak yang tergenang air. Arus lalu lintas nyaris lumpuh.
Dalam menangani banjir, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan meminta bantuan Pemerintah Pusat. Bantuan tersebut diperlukan khususnya dalam merekayasa saluran air di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Timur.
Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menegaskan, pihaknya sekarang tidak mampu berbuat banyak mengatasi banjir. "Sekarang kita tidak mampu berbuat banyak selain memastikan ketersediaan bantuan logistik dan obat-obatan untuk seluruh korban banjir," katanya.
Berikut 5 Persoalan banjir yang Membuat Jokowi tidak Berdaya:
1. APBD belum disahkan
Terdambakan - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) beralasan tidak bisa berbuat maksimal untuk mengatasi banjir dalam waktu singkat karena anggaran dalam APBD DKI 2013 Jakarta belum diketok oleh DPRD. Karena itu, ia saat ini hanya bisa melakukan penanganan seperti hanya memberikan bantuan kepada korban banjir.
"Ini proses yang mau kita percepat. Kemudian resapan air juga belum dimulai, anggarannya belum diketok oleh dewan (DPRD). Hal-hal seperti itu yang harus juga kita sampaikan apa adanya kepada masyarakat," kata Jokowi di Balai Kota Jakarta, Rabu (16/1).
Padahal, Jokowi mempunyai banyak rencana untuk mengatasi banjir Jakarta. Rencana itu tidak bisa terlaksana lantaran anggarannya belum cair.
"Saya enggak hafal di semua titik ada semuanya. Misalnya kayak sumur resapan yang kita targetkan 10 ribu. Seingat saya Rp 250 miliar untuk sumur resapannya saja. Dan untuk normalisasi sungai yang untuk pembebasan tanah kira-kira sudah Rp 450 miliar. Pembebasan tanahnya saja, belum titiknya. Saya engak hafal titiknya," ujarnya.
2. Titik banjir selalu bertambah
Terdambakan - Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa terdapat pertambahan titik-titik banjir di Jakarta setiap tahun. Namun demikian, banyak orang yang tidak mengetahui bahwa titik banjir di Ibu Kota selalu bertambah.
"Orang tidak memperkirakan bahwa setiap tahun itu ada titik-titik banjir yang baru," ujar Jokowi saat blusukan di Kampung Pesing Koneng, Kelurahan Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta, Sabtu (5/1).
Jokowi mengatakan, hal itu dapat terjadi lantaran daerah yang seharusnya menjadi kawasan resapan air telah beralih fungsi. "Area-area yang ada, yang dulu bisa dipakai untuk resapan air, menjadi rumah, mall dan apartemen," kata dia.
Akibatnya, Jokowi menambahkan, banjir yang ditimbulkan akibat banyaknya titik-titik banjir baru yang muncul tidak dapat ditangani jika hanya mengandalkan cara konvensional seperti pembangunan tanggul. Artinya, menurut dia, harus dilakukan sebuah terobosan yang salah satunya membangun deep tunnel.
3. Tanah turun, sungai menciut
Terdambakan - Bisa dipastikan, sebagian besar wilayah di Jakarta selalu dilanda banjir saat hujan deras. Hal itu terjadi karena terjadi penurunan permukaan tanah setiap tahun.
"Permukaan tanah kan turun terus. Di Pluit itu satu tahun 2,5 sampai 4 Cm. di Jakarta itu, selain yang ada tidak dikerjakan dengan baik," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Rumah Dinasnya, Jakarta, Selasa (25/12).
Kondisi tersebut diperparah dengan mirisnya wajah sungai di Jakarta. Tumpukan sampah yang menyebabkan pendangkalan dasar sungai, hingga penyempitan bantaran menjadi faktor pendukung datangnya teror banjir.
Berdasarkan kalkulasi mantan Bupati Belitung Timur itu, sungai di Jakarta yang memiliki lebar rata-rata 60 meter, kini menyempit dan hanya menyisakan 15 sampai 20 meter.
Memang, diakui Ahok, tidak mudah mengusir banjir dari Jakarta. Butuh pembenahan di setiap lapisan. Mulai dari anggaran, mendisiplinkan intansi terkait, hingga pelaksanaan lapangan.
4. Drainase buruk
Terdambakan - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo siang ini mengecek gorong-gorong di Jl Sudirman, Jakarta Pusat. Jokowi pun kecewa karena gorong-gorong di jantung ibu kota tak seperti dugaannya selama ini.
"Di bayangan saya, di bawah jalan-jalan di DKI ini besar-besar, bisa untuk sepakbola, tapi kenyataannya diameternya cuma 60 centimeter," ujar Jokowi usai melihat langsung gorong-gorong di kawasan Thamrin, Rabu (26/12).
Kecilnya gorong-gorong membuat air meluap saat Jakarta diguyur hujan dengan intensitas tinggi. Hal ini membuat jantung Ibu Kota tersebut terendam banjir seperti pada Sabtu (22/12) lalu.
5. Curah hujan tinggi
Terdambakan - Puncak hujan sudah melanda Jakarta sejak sepekan terakhir. Menurut Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Eko Suryanto, Jakarta akan dilanda hujan deras sampai pertengahan Februari mendatang.
"Intensitas hujannya fluktuatif, deras, reda kemudian deras lagi. Begitu kecenderungannya," kata Eko kepada merdeka.com, Kamis (17/1).
Eko menambahkan, selama musim hujan ini, curah hujan di Jakarta rata-rata 50 sampai 100 milimeter kubik. Namun, Eko belum bisa memastikan apakah curah hujan pada hari ini memecah rekor sebagai hujan dengan intensitas tertinggi.
"Kita belum bisa hitung karena kondisi ini masih akan terus terjadi sampai Februari nanti," tegasnya.
No comments:
Post a Comment