Saturday, March 2, 2013

6 Bandara yang Merugikan di Indonesia

Terdambakan - Di tengah pertumbuhan dunia penerbangan nasional, tidak semua otoritas bandara di daerah menikmati keuntungan yang menggiurkan dari bisnis layanan transportasi ini.

Padahal, Kementerian Perhubungan menegaskan pasar penerbangan nasional masih terus bertumbuh sekitar 15 persen sampai 20 persen per tahun, seiring pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata 6 persen per tahun.

Pada Semester pertama 2012, jumlah penumpang udara sudah bertumbuh 19 persen menjadi 38 juta orang, baik penumpang domestik maupun internasional. Analisa International Air Transport Assosiaction atau IATA memprediksi, pada 2014, Indonesia akan menjadi pasar terbesar kesembilan di dunia untuk penerbangan domestik.

Tetapi, PT Angkasa Pura II yang mengelola 12 Bandara di Indonesia bagian barat mencatatkan kerugian pengelolaan bandara di beberapa daerah, walaupun secara keseluruhan PT Angkasa Pura membukukan keuntungan.

Pendapatan perseroan mencapai Rp 4,1 triliun. Sedangkan beban Rp 2,5 triliun, yang kemudian pajak badan sebesar Rp 413 miliar, sehingga laba perseroan di 2012 Rp 1,2 triliun Berikut:6 Bandara yang Merugikan di Indonesia

1. Bandara Sultan Mahmud Baharudin
Terdambakan - PT Angkasa Pura II harus menelan pil pahit atas pengelolaan bandara utama Palembang ini. Paling tidak perseroan merugi sebesar Rp 22 miliar.

Data Angkasa Pura II, bandara yang ini diambil dari nama Sultan Mahmud Badaruddin II (1767-1862), seorang pahlawan daerah yang pernah memimpin Kesultanan Palembang Darussalam (1803-1819), pada 2012 hanya bisa membawa sekitar 1.282.070 dengan jumlah pesawat yang datang dan pergi mencapai 18.407 pesawat.

2. Bandara Sultan Iskandar Muda
Terdambakan - Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda, atau lebih dikenal sebagai Bandara Sultan Iskandar Muda terletak di wilayah Kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Bandara. Bandara paling ujung Indonesia di bagian barat ini harus menelan kerugian sebesar Rp 23 miliar. Data Angkasa Pura II, sepanjang 2012, bandara ini hanya mampu melayani sekitar 5.968 penerbangan dari dan ke Aceh. 

3. Bandara Internasional Minangkabau
Terdambakan - Bandar yang mulai dioperasikan secara penuh pada 22 Juli 2005, menggantikan Bandar Udara Tabing dan berlokasi di Padang Pariaman dengan waktu pembangunan hampir 5 tahun serta berskala internasional, tidak serta merta mampu meraup untung.

Paling tidak, data PT Angkasa Pura II, pengoperasian bandara ini membuat buntung perusahaan sebesar Rp 18 miliar.

4. Bandara Halim Perdana Kusuma
Terdambakan - Bandara yang berada di pusat kota Jakarta ini, saat ini lebih sering digunakan untuk pendaratan pesawat carter VIP atau pesawat kedatangan dan keberangkatan tamu negara serta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, harus merugi Rp 12 miliar pada 2012.

Data dari situs PT Angkasa Pura II, jumlah pergerakan pesawat selama 2012 hanya mencapai 4.282 dengan jumlah penumpang yang diangkut mencapai 39.133 penumpang dari bandara yang statusnya merupakan milik TNI Angkatan Udara ini.

5. Bandara Sultan Thaha di Jambi
Terdambakan - Bandara udara yang berada di daerah kaya minyak dan gas bumi ini pada 2012, hanya disinggahi sekitar 5.862 pergerakan pesawat dengan jumlah penumpang mencapai 422.015.

Bandara ini secara resmi mulai di kelola PT Angkasa Pura pada bulan April 2007, setelah sebelumnya dikelola oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jambi. Namun, PT Angkasa Pura pada 2012 ini harus mencatatkan kerugian Rp 3,7 miliar.

6. Bandara Raja Haji Fisabilillah
Terdambakan - Pada 2012, PT Angkasa Pura II hanya mencatatkan sekitar 3.837 pergerakan pesawat di Bandara Tanjung Pinang dengan penumpang mencapai 143.015 orang. Dengan jumlah tersebut tidak membuat pengelola bandara tersenyum. Malah PT Angkasa Pura II harus menelan kerugian sebesar Rp 9,1 miliar.
Sumber

No comments:

Post a Comment